Gerakan Sapu Gunung Ciremai
Diposting oleh Unknown , 03.46.00
Plis, bawa turun sampahmu
Jumat,
Hari ini adalah keberangkatan para relawan Gerakan Sapu Gunung
menuju Gunung Ciremai yang merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat dengan
ketinggian 3078mdpl. Apasih Gerakan sapu gunung itu ? apa kita harus bawa sapu
dan harus nyapu gunung yang segede gunung ? nggalah. Jadi GSG merupakan kegiatan yang di
selenggarakan oleh LSM Aktivitas Anak Rimba Kuningan (AKAR) yang didukung oleh
para relawan pecinta alam di seluruh Indonesia yang bertujuan untuk
membangkitkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan khususnya di Taman
Nasional Gunung Ciremai ini. Disini para relawan akan membersihkan sampah
sampah yang berada di jalur jalur pendakian ke Gunung Ciremai.
Nah, kok bisa gua ikutan kegiatan itu ? Sebenernya semua
orang di dunia ini boleh ikut, bahkan wajiblah soalnya ini menyangkut
kelestarian bumi yaa asalkan dia sudah dewasa aja sih. Jadi waktu itu gua masih
duduk di bangku SMA dan tergabung dalam Club Pendaki Gunung dan Penempuh Rimba
(CANDRADIMUKA), dari situ kami dari CANDRADIMUKA mengirimkan beberapa relawan
untuk menjadi panitia dan peserta di acara GSG itu. Singkatnya, kami
mengirimkan 6 lelaki tangguh dan keren dan salah satu dari 6 lelaki tersebut
adalah gua tapi gua yang paling keren.
Pos 2 Jalur Apuy |
Jadi ngapain aja sih di Gunung sana ? oke bakal gua
ceritakan, dari 6 orang relawan dari CANDRADIMUKA itu dibagi lagi menjadi 2
kelompok. Kelompok 1 (4 orang) ditugaskan membersihkan sampah disepanjang pos
jalur pendakian Apuy di Majalengka, sedangka kelompok 2 (2 orang) 1 nya harus
sudah standby di Pos Goa Walet (pos terakhir sebelum puncak) sebagai pos
panitia,dan satunya di Simpang Apuy. Oke, gua dan 3 temen gua ditugaskan untuk
menyapu sampah di POS Apuy di Majalengka.
Ini merupakan tantangan, karna selama 6 kali gua naik Gunung
Ciremai belum pernah naik lewat pos apuy dan juga katanya disana masih rawan
berpapasan dengan binatang buas. Juga disini kami melakukan lintas jalur yaitu
dengan berangkat dari pos apuy di Majalengka dan harus turun ke pos palutungan
di Kuningan, jadi total perjalananya memang sedikit lebih jauh hehe.
Kami diberangkatkan oleh Bupati di Pandapa Paramarta
Kuningan jam 10.00, perjalanan ditempuh selama kurang lebih 3 jam untuk sampai pos apuy menggunakan
mobil truck. Karna cuaca hujan, kami beristirahat dulu di masjid sekitaran pos
pendakian. Baru jam 14.00 kami melakukan pendakian, setelah mendapatka arahan
dan wejangan dari penjaga pos disana kami mulai pendakian dari Pos 1 Berod –
Pos 2 Arban – Pos 3 Tegal Masawa -
sampai tiba jam 11 malam tiba di Flying Camp antara Pos 3 dan Pos 4. Kami
terpaksa bermalam disini karna kondisi mata udah ngantuk dan hujan mengguyur
sepanjang perjalanan kami.
Sabtu
Kami dibangunkan oleh bau benda yang terbakar, setelah
melihat keluar tenda ada kaos kaki si Yogie Segara (anakan) yang sudah tinggal
sepotong. Ternyata semalam, waktu kami sedang memasak dia membuka kaos kakinya
lalu di dekatkan dengan api agar kering dari basah akibat hujan dan mungkin dia
lupa belum mengangkat kaos kakinya hmmm. Pagi itu sekitar jam 6, kami sarapan
dan bersiap siap menuju Pos 4 Tegal Jamuju dan dilanjutkan ke pos 5 Sanghyang
Rangkah.
Tim kami ditugaskan menyisir sampah di sepanjang Jalur Apuy
dan terutama di Pos Sanghyang Rangkah ini. Setelah beristirahat dan menyiapkan
tenaga, sekitar jam 13.00 kami memulai aksi dengan mengumpulkan sampah mulai
dari sampah plastik, kertas, kaca, botol, bahkan pembalut dan air kencing yang
dimasukan ke dalam botol kami temukan.
Di Pos ini kami digabungkan dengan beberapa tim dan sekolah
dan daerah lain, jadi disini kami bisa saling mengenal dan bekerja sama untuk
membersihkan sampah yang ada.
Aksi membersihkan sampah |
Miris, melihat begitu banyak sampah yang ada disini.
Parahnya para pendaki yang tak bertanggung jawab meninggalkan sampahnya itu
malah melempar sampah ke jurang jurang di dekat pos. Ya mungkin maksudnya agar
tidak ketahuan, tapi pliss tetap saja itu tindakan bodoh. Sampai matahari mulai
berda di ufuk barat kami sudah mengumpulkan sekitar 8-10 karung, itu hanya di
Pos Sanghyang Rangkah saja, belum di pos lain, belum di jalur pendakian lain,
belum di gunung lain, belum di daerah lain, provinsi lain, negara lain, benua
lain, dan dunia lain ... hehe.
Hasilnyaa |
Senja mulai menampakkan dirinya, dan di pos ini hampir tidak
terlihat ada sampah lagi. Kami cukup senang karna bisa ikut berandil dala
kegiaan ini. Mantapnya karungan sampah yang sudah terkumpul harus kami bawa
turun untuk dibuang ke tempatnya (pastinya bukan digunung). Malamnya kami lewati dengan candaan khas anak
anak gunung, mau tau apa ? ayo ikut naik gunung.
Minggu
Esoknya kami bangun dengan mata terbuka, masasihhhhh. Gua
keluar tenda dan melakukan adegan berdiri dibawah pohon, ngerti lah ya ngapain.
Lalu kubuka kamera dan memotret keadaan pagi yang tenang di Gunung Ciremai ini.
Dan melakukan beberapa percakapan dengan pendaki lain yang ikut kegiatan ini.
Ternyata, semalam ada beberapa pendaki dari jakarta yang
katanya salah satu anggotanya melihat dua bola mata mengikuti mulai dari bawah
sampai pos ini. Menurut pengakuannya, mata tersebut menyerupai mata macan
tutul, ya mungkin juga sih karna memang di Taman Nasional Gunung Ciremai ini
masih terdapat beberapa satwa liar seperti macan tutul, macan kumbang, babi,
monyet, ular, dll.
Seperti biasa kami memasak makanan, dan yang spesial kami
memasak sop dan bakso. Setelah selesai mengisi perut, kami mengatur siasat agar
bisa membawa sampah secara efektif dan efisien. Selain membawa sampah, tentu
kami membawa tas carrier yang cukup berat juga maka dari itu kami mencoba
mengikat karung sampah itu di atas carrier yang kami bawa.
Bersama relawan lain |
Setiap orang kebagian membawa satu carrier waktu itu, dengan
di ikatkan ke carrier membuat aroma yang tidak sedap itu mengiringi perjalanan
kami turun. Tapi, karna kami melakukan lintas jalur maka mau tidak mau kami
harus membawa dulu sampah itu sampai persimpangan Apuy yang letaknya ada persis
dibawah Puncak Ciremai.
Ya dengan kata lain kami harus melanjutkan perjalanan sampai
Puncak Ciremai terlebih dahulu baru kami bisa turun menuju jalur Palutungan
yang nantinya menuju Kuningan.
Singkatnya dengan susah payah dibawah terik matahari dan terpapar aroma
busuk sampah kami menuju puncak ciremai. Disana kami dipertemukan dengan 2
teman kami yang memang ditugaskan di Pos simpang Apuy dan di Goa Walet.
Disana kami bercengkrama terlebih dahulu sambil meminum teh
buatan dua teman kami tadi itu, tak terasa hujan kembali turun dan membasahi
badan ini. Kami putuskan untuk istirahat sebentar dan mengisi perut yang sudah
mulai kelapatan ini. Setelah mulai reda, kami sempatkan dahulu pergi ke Puncak
Ciremai untuk sekedar berfoto, ya memang tanggung karna dari simpang apuy ini
hanya sekitar 15 menit menuju puncak.
Saat di Puncak Ciremai |
Setelah dirasa puas, kami meutuskan untuk langsung turun
menuju pos Palutungan. Karna jalanan yang licin akibat hujan , si yogie yang
punya badan besar sedikit kesusahan untuk berjalan turun. Akibatnya dia malah
perosotan di setaip jalan yang dirasa curam, dan membuat tubuhnya dilumuri
lumpur dan kotor itu mirip sekali seperti Gajah yang ada di Taman Nasional Way
Kambas hehe.
Dari pos ke pos kami lewati, dari yang semangat jadi cape,
dari yang bersih jadi kotor. Akhirnya
sekitar jam 7 malam kami baru sampai ke pemukiman warga di Palutungan dan
langung diambut oleh teman teman kami yang belum bisa mengikuti kegiatan ini.
Disana kami langsung laporan dan mengumpulkan sampah yang kami bawa.
Ya banyak sekali pengalaman yang kami dapat dalam 3 hari
itu, kami merasakan susah dan beratnya sekedar menjaga lingkungan. Jadi sebelum
alam ini semakin rusak mari kita cegah dengan cara yang sangat simple yaitu
BUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA ya.
Pepatah mengatakan
Take Nothing but Pictures,
Leave Nothing
but Footprint,
Kill Nothing but Time.
Posting Komentar